Antara Teknik Aplikasi dan Kenyataan

Sangat banyak praktisi maupun non-praktisi yang mempertanyakan apakah Aikido dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata, ataukah hanya sekedar omong kosong belaka? Namun ketika kita menilik diskusi tersebut lebih mendetail lagi, maka dapat kita lihat bahwa secara spesifik pertanyaan ini tidak berkaitan langsung dengan “kehidupan nyata”, melainkan, pertanyaaan ini diajukan berkaitan secara spesifik akan kaitannya dengan “pertarungan nyata (di jalanan)”

Seringkali saya tekankan dalam latihan kepada teman-teman praktisi, bahwa waza tidak secara langsung berkaitan dengan aplikasi teknik, dengan kata lain, memiliki pengetahuan waza tidak menjadi jaminan kita sebagai praktisi akan selalu unggul dalam pertarungan nyata yang pada kenyataannya jarang ditemukan dalam kehidupan-sehari-hari. Adalah hal yang absurd jika kita memiliki mindset yang berkaitan perkelahian di jalan setiap harinya. Bahkan seorang preman, aparat keamanan, ataupun seorang atlit beladiri, tidak berhadapan dengan situasi pertarungan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, atau 365 hari sepanjang tahun dalam seumur hidupnya.

Jika kita “beruntung” kita mungkin saja mendapat kesempatan untuk bertarung secara nyata, apakah itu di jalanan, di kantor, kampus, sekolah, bahkan rumah kita sendiri. Namun bagi masyarakat awam maupun profesional, saya kira berhadapan dengan kekerasan setiap hari bukanlah tujuan dalam hidup, bahkan seorang anggota militer yang sedang aktif di lapangan tentunya tidak pernah mengharapkan porsi kehidupan yang tidak seimbang ini, kecuali tentunya jika seseorang telah melampaui tingkat kewarasan yang normal.

Melalui beberapa eksperimen, saya berkesimpulan bahwa yokomen-uchi shiho-nage tidak bisa diterapkan secara gamblang untuk menghadapi pukulan tongkat secara diagonal ataupun pukulan hook yang melebar, begitu juga dengan tsuki kote-gaeshi yang tidak bisa digunakan untuk menghadapi serangan pukulan lurus. Demikian adanya, karena ketika kita terlibat secara langsung dalam sebuah pertarungan, terlebih yang terjadi di jalanan, semua aturan yang berlaku di matras kemudian tidak lagi berlaku, maka pukulan tongkat secara diagonal bisa dibarengi dengan tendangan seseorang dari belakang, pukulan lurus tersebut bisa menjadi sepasang, atau tiga kali straight ditambah dengan sebuah tendangan atau lemparan batu dari arah lain, lalu, apakah ada gunanya mempelajari Aikido?

Di dojo, saya berulang-ulang kali menegaskan, bahwa apa yang dilatih di atas matras adalah prinsip teknik, dan bukan teknik terapan, bahkan oyo-waza pun hanyalah sebuah gambaran bahwa sebuah teknik memungkinkan untuk diaplikasikan. Namun salah kaprah yang terjadi adalah bahwa oyo-waza adalah kumpulan dari sekian teknik terapan, padahal oyo-waza merupakan sebuah metode untuk melatih bagaimana satu prinsip teknik dapat diterapkan ke dalam berbagai kondisi yang berbeda.

Untuk mendukung metode latihan yang dapat menuntun seorang praktisi Aikido menuju kemampuan pengaplikasian teknik secara nyata, menurut saya diperlukan beberapa syarat, namun perlu juga dicatat bahwa syarat-syarat ini umumnya sama sekali berbeda dengan syarat-syarat yang dibutuhkan seorang atlet beladiri. Beberapa forum dan blog pernah menekankan bahwa Aikido bukanlah sebuah fighting sport, melainkan sebuah warfare study, maka beberapa syarat yang saya pertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip pantang mundur/no retreat, maka sebaiknya melakukan langkah mundur sangat tidak dianjurkan dalam latihan.

2. Pemahaman psikologi manusia dalam kondisi terdesak. Perlu dipahami bahwa menghadapi situasi dan kondisi nyata berarti juga menghadapi sekian ribu variasi respon tidak terduga (dinamis) dari individu-individu yang terlibat dalam satu situasi.

3. Pelatihan evaluasi situasi, kondisi dan lingkungan sekitar. Perlu diingat bahwa teknik aplikasi umumnya tidak dilakukan diatas matras, melainkan di atas aspal, geng sempit, kendaraan umum, trotoar, di dalam atau diatas kendaraan bermotor dan sebagainya.

4. Membiasakan latihan dengan penyelesaian di satu serangan pertama, karena aplikasi di dunia nyata umumnya berlangsung dalam hitungan detik, tidak dibatasi dengan waktu per ronde.

5. Melepaskan diri dari paradigma fighting sport, dalam dunia nyata, menjambak, menggigit, menendang kemaluan, mencolok mata, meludah, mencakar, adalah beberapa teknik yang harus diketahui demi memungkinkan lolos dari penyerang.

6. Membiasakan diri untuk tidak menghafal teknik, ini untuk mencegah respon yang lambat ketika kita harus berhadapan dengan situasi nyata. Mengikat diri pada hafalan akan mengurangi kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi dinamis.

7. Menyadari kemungkinan untuk berhadapan dengan multiple attackers, dan hal ini adalah umum terjadi di jalanan.

Beberapa hal diatas hanyalah beberapa poin yang saya peroleh melalui observasi, ada kemungkinan anda akan menemukan poin-poin lain dalam proses latihan, namun juga, saya tidak bosan mengingatkan, bahwa apapun aplikasinya, anda tidak dapat melakukan teknik apapun tanpa fondasi teknik dasar yang benar. Selamat berlatih!


Leave a comment