Mengenai Katate-dori

Mengenai Katate-tori

“Selanjutnya, pegang pergelangan tangan rekan anda…” adalah hal yang hampir selalu kita dengar sebagai pemula ketika sedang berlatih. Memegang pergelangan rekan kita adalah gerakan yang sangat sederhana, hampir serupa dengan berjabat tangan atau mengambil sesuatu. Dari berbagai gerakan yang kita lakukan, mengulurkan tangan untuk melakukan kontak dengan seseorang atau sesuatu adalah hal yang umum dan nyaman dilakukan. Dan tentu saja ini adalah salah satu alasan mengapa katate-dori umum dilakukan untuk memperkenalkan Aikido kepada para pemula.
Dari sisi uke

Latihan harus selalu dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol centrum dari rekan kita, sebagai lawan dari semata mengontrol tangan yang memiliki kekuatan otot yang lebih superior.

Sebagai pemula kita berdiri berhadapan di depan rekan kita dan meraih tangan yang terarah pada kita, bekerja dengan semangat kepercayaan dan belum menyadari aspek yang lebih berbahaya dari seni ini. Kita bergerak dengan ringan dan penuh kerja sama, dimana dalam tingkatan ini adalah sudah hal yang seharusnya. Dalam waktu singkat kemudian tubuh kita memperoleh pengetahuan akan bentuk, dan ada ruang yang lebih dalam pikiran kita untuk pengamatan baru. Dimana pengamatan tersebut adalah ketika instruktur kita memperlihatkan, bahwa celah kita terbuka lebar dan memungkinkan bagi rekan kita untuk memukul atau menendang dari posisi pegangan yang dilakukannya. Ini adalah masalah besar.

Jadi kita harus mempelajari bagaimana mengkombinasikan kuda-kuda hanmi dan serangan genggaman, berdiri dengan posisi diagonal di sisi rekan kita, berhadapan sambil memegang pergelangannya, tapi berdiri pada posisi yang aman. Di saat yang sama kita juga menyadari bahwa anggota tubuh yang lain dari rekan kita juga dapat menendang atau memukul, jadi disaat yang sama kita juga menyadari bahwa kita dapat melakukan hal yang sama sebagai tindakan defensif. Kita mulai melakukan kuda-kuda yang lebih bersifat ilmu bela diri, pendekatan yang lebih aman, ketika kita melakukan katate-dori.

Setelah kita belajar bagaimana melakukan pegangan dari posisi yang aman, kita selanjutnya dapat mempelajari jenis pegangan lain… menarik, mendorong, atau menahan. Perlu diingat bahwa memegang dalam situasi nyata hanyalah langkah pertama dari sebuah serangan. Serangan awal ini dapat lebih lanjut untuk menarik korban lebih dekat untuk mengendalikannya. Jika hal tersebut tercapai, maka gerakan selanjutnya mungkin pukulan ke wajah, cekikan atau gerakan pengunci lainnya.

Di masa para samurai, seorang prajurit yang terlucuti tidak punya pilihan lain selain mencegah gerakan lawan yang masih memegang pedang, dalam usaha membela diri, dan untuk mencegah rekan lainnya mencabut pedang. Jika ia hanya mengandalkan kekuatan otot, sudah jelas pemenangnya adalah orang yang lebih kuat, tapi tes sesungguhnya adalah siapa yang dapat mengambil kendali atas centrum lawannya. Ini membutuhkan pengertian akan kekuatan di tingkatan yang lebih dalam.

Setelah kita mempelajari variasi dari katate-dori, kita harus berlatih dengan tujuan untuk mengendalikan centrum rekan kita, bukan hanya untuk mengunci pergelangannya dengan kekuatan otot. Ketika kita memegang pergelangan, kita harus menggunakan genggaman seperti yon-kyo yang disertai koneksi dari centrum kita sendiri. Kita juga harus belajar untuk “merasakan” centrum rekan kita untuk menciptakan “ittai” (ichi (satu) + tai (tubuh) = ittai), atau “kesatuan tubuh”. Ketika kita dapat melakukan ini dengan cepat dan efektif, nage dapat dicegah untuk melakukan tehnik serangan balik.
Dari Sisi Nage

… Dari sini, nage kemudian dapat melakukan sedikit pergeseran melingkar pada pinggul, terhubung dengan centrum uke, dan menciptakan “ittai“, atau keadaan “kesatuan tubuh”.

Kembali ke tehnik dasar, ketika kita berada dalam posisi nage, dan rekan latihan memegang pergelangan kita, hal pertama yang kita pelajari adalah bagaimana melakukan “irimi” (gerakan memasuki) atau cara melakukan “tenkan” (berputar). Kita belajar untuk menggerakkan tangan kita dengan cara tertentu untuk melepaskan pegangan atau tetap berada dalam pegangan, tergantung dari apa yang hendak dipelajari pada hari itu.

Pada awalnya ini terasa mudah, hingga suatu hari seorang siswa yang juga seorang “linebacker” (posisi dalam olahraga American football) datang dan melakukan pegangan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Pergelangan tangan kita pun mengirimkan sinyal “Aku terhambat, dan jika kau berusaha bergerak, persendian siku kita akan terlepas”. Kejutan, kita tidak bisa melakukan “tenkan“; begitu juga dengan “irimi“! Ini karena di tingkatan awal latihan kita hanya melatih tubuh kita dalam bentuk dan aliran, dan sekarang kita berhadapan dengan rekan yang tidak mau bekerjasama dan kekuatannya melebihi kita.

Tiba-tiba, “irimi” dan “tenkan“, selubung keamanan yang biasa kita gunakan, berubah menjadi hal yang paling sulit dilakukan, dan kita harus kembali mengevaluasinya dari nol. Sekarang kita meminta rekan kita untuk melakukan pegangan yang kuat, dan kita mulai mencoba semua gerakan-gerakan kecil yang membantu kita “saling mengaitkan tangan”, untuk membantu kita terhubung dengan rekan latihan. Untuk dapat bergerak, kita harus belajar bagaimana terhubung dengan uke, membuatnya tidak seimbang dan melemahkan pegangannya sedemikian rupa memotong atau menggunakan kekuatannya. Dalam proses tersebut kita menjadi begitu sadar akan satu titik yang terhubung antara kita dan uke, yaitu pegangannya. Sementara fokus tersebut adalah hal yang diperlukan dalam proses pencarian, kita tidak dapat berhenti disini saja. Satu hal yang perlu diingat adalah dengan menempatkan perhatian kita pada satu titik, pertahanan kita melemah di titik yang lain, menjadikan diri kita rentan terhadap serangan dari sudut lain. Dan untuk satu alasan dan lainnya, kita masih juga terhambat.

Dan kemudian guru kita menunjukkan bagaimana kita telah melupakan keseluruhan dari tubuh. Ketika kita berlari, kedua tangan dan kaki bekerja secara serempak. Ketika seorang “tightrope walker” (atraksi keseimbangan sirkus) beraksi, ia menggunakan kedua tangannya untuk menjaga keseimbangan (dan anda mungkin dapat melihat, semakin ahli sang penampil, gerakan tangan penyeimbangnya semakin sedikit). Ketika kita melakukan Aikido, atau beladiri lainnya, kita harus mengingat bagaimana menyatukan tubuh kita dan menggunakan semua anggota tubuh, pada akhirnya termasuk kekuatan kita yang berasal dari dalam. Kita tangan kita dipegang, kita harus memperhatikan bagaimana menggunakan tangan kita yang bebas untuk dapat memperkuat keseimbangan kita. Dan lebih jauh lagi, kita harus ingat, bahwa tangan yang bebas tersebut bebas untuk melakukan atemi.

Kembali pada contoh para samurai yang tengah berduel, satu pihak yang tidak bersenjata mungkin saja menggunakan kosa-dori, pegangan silang, dengan tangan kanannya untuk berusaha melumpuhkan tangan kanan (yang memegang pedang) lawannya. Pihak yang bertangan kosong kemudian (dalam situasi nyata, apapun bisa terjadi dalam satu gerakan) akan bergerak ke posisi belakang, dengan tujuan mencekik dengan tangan lainnya yang masih bebas. Manuver ini dikenal sebagai “kosa-dori ushiro-kubijime“.

Si samurai berpedang akan tetap mempertahankan pegangannya di “saya” (sarung pedang) dengan tangan kiri, dan tangan kanannya di gagang pedang. Sementara ia berusaha menghadapi serangan di tangan kanannya, tangan kiri bertahan di posisi yang dekat dengan centrum, sebagai cara untuk mempertahankan keseimbangan.

Agar tidak bisa dilumpuhkan, begitu pegangan terjadi, nage harus memutar pergelangannya sedemikian rupa sehingga posisi tangan uke berada dalam posisi yang tidak alami, sehingga ia akan secara refleks berusaha memposisikannya ulang. Jika nage tidak berhasil melepaskan diri, setidaknya dia telah membuat uke menjadi cukup tidak nyaman sehingga kekuatan, keseimbangan dan konsentrasinya akan hilang sementara berusaha agar pegangan tidak terlepas. Di titik ini, nage dapat melakukan pergeseran kecil pada pinggul, sepenuhnya terhubung dengan centrum uke, dan “ittai” atau “kesatuan tubuh” dapat terwujud. Disaat “ittai” terjadi, uke tidak dapat melarikan diri, ataupun melanjutkan serangan, dan nage dapat memecahkan konflik tersebut.

Intrik berlanjut…

Katate-dori dan variasi-variasinya terlihat begitu sederhana, terutama bagi awam dan pemula. Berkaitan dengan bentuk, jika kita semakin dalam mempelajari mekanika tubuh dan berhadapan dengan berbagai macam orang, maka tingkar pemahaman kita akan semakin dalam. Walaupun kita dapat mencatat hal-hal yang tercetus untuk dapat memacu perkembangan kita, adalah mustahil untuk menggambarkan informasi yang kita dapat melalui indera peraba. Mencoba dan bereksperimen dengan katate-dori di atas matras dapat memberikan kita sedikit petunjuk tentang luasnya pengetahuan O’sensei.

Sumber artikel:

http://www.bujindesign.com/training_tips/katatedori.html

Copyrights:

Diterjemahkan kembali ke bahasa Indonesia oleh Imam Raharja, atas izin dari Ikeda Hiroshi-sensei.


Leave a comment